v BAB 1
E.
MENGGUNAKAN KATA BERMAKNA DENOTASI DAN KONOTASI
1. DENOTASI
Makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya (makna secara
eksplisit). Makna wajar (sebenarnya) ini adalah makna yang sesuai dengan
kondisi yang apa adanya. Denotasi adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah
kata secara objektif dan lugas.
Contoh : Daya tampung (Perlu ada inovasi untuk mengantisipasi daya
tampung waduk).
2. KONOTASI
Makna Konotasi adalah Makna kiasan, yaitu makna yang timbul
sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada makna konseptual
Contoh : menggantungkan diri (sumber nafkah)
(Bila hanya mengandalkan cara konvensional, banyak sector yang menggantungkan
diri pada air waduk akan dirugikan.
v BAB 2
E.
MENGGUNAKAN KALIMAT BERITA
→ Kalimat Berita adalah Kalimat yang
isinya memberitahukan atau melakukan sesuatu.
1. KALIMAT
BERITA POSITIF
Kalimat Berita Positif
adalah Kalimat berita yang isinya menyatakan sesuatu yang positif.
Contoh :
Di tingkat nasional maupun
internasional, Indonesia diminta untuk mengambil langkah-langkah penanganan
keselamatan jalan secara komprehensif.
2. KALIMAT
BERITA NEGATIF
Kalimat Berita Negatif adalah Kalimat
berita yang isinya menyatakan sesuatu yang negative (tidak, bukan,
dan belum).
Contoh : Kedaraan yang tidak layak jalan
adalah satu penyebab kecelakaan yang menonjol di Indonesia.
v BAB 3
E.
MENGGUNAKAN IMBUHAN peN-, pe-, -an, peN-an, ke-,
dan ke-an
→ Dalam Bahasa Indonesia, kata dasar tertentu dapat langsung
menjadi nomina (kata benda) dengan memakai dengan memakai afisk tertentu.
1. KATA
BENDA DENGAN IMBUHAN peN-
Kata benda yang diturunkan
imbuhan dengan peN- bias berubah bentuk menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-.
Contoh :
- peN- + guna
→ pengguna
(kata kerja) (kata benda)
Pengguna jasa telekomunikasi
banyak yang mengeluh tentang layanan yang diberikan.
2. KATA BENDA DENGAN IMBUHAN
pe-
Kata benda yang dibentuk
dengan imbuhan pe- bermakna orang yang pekerjaannya melakukan kegiatan
yang dinyatakan oleh verba.
Contoh :
- pe- + kerja
→
pekerja
(kata kerja) (kata
benda)
Pekerja bangunan
itu sedang menelpon mandornya.
3. KATA
BENDA DENGAN IMBUHAN –an
Kata benda dengan sufisk
(akhiran) –an umumnya diturunkan dari sumber verba (kata kerja) walaupun
kata dasarnya adalah kata lain.
Contoh :
-
tegur + -an →
teguran
(kata kerja) (kata benda)
Kalau
terlalu sering menelpon nanti akan mendapat teguran dari ibu.
4. KATA
BENDA DENGAN IMBUHAN peN-an
Kata benda dengan imbuhan peN-an umumnya diturunkan dari verba
dengan meng- yang berstatus
transitif.
Contoh :
peN-
+ ucap + -an →
pengucapan
Dalam telepon, pengucapan kata terhadap lawan bicara
harus jelas.
5. KATA
BENDA DENGAN IMBUHAN ke-
Kata benda yang dibentuk
dengan penambahan prefisk (awalan) ke- tidak banyak dalam bahasa Indonesia
karena proses ini tidak produktif lagi. Beberapa kata yang dapat disebutkan
ialah ketua, kehendak, kekasih, dan kerangka.
6. KATA
BENDA DENGAN IMBUHAN ke-an
Kata benda dibentuk dengan
imbuhan ke-an dapat diturunkan dari
sumber verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), atau nomina (kata benda).
A.
Bila sumbernya verba, maknanya adalah “hal atau keadaan yang
berhubungan dengan yang dinyatakan verba”.
Contoh
:
ke- + terlibat + -an + → keterlibatan
Keterlibatan mereka
sangat berarti dalam proyek perluasan jaringan telepon.
B.
Bila sumbernya adjektiva, maknanya adalah “hal atau keadaan yang
berhubungan dengan yang dinyatakan adjektiva.
Contoh
:
ke- + serius + -an → keseriusan
Tingakat
keseriusan penelpon dapat kita dengar
dari nada bicaranya.
C.
Bila sumbernya nomina, maknanya merujuk pada keabstrakan.
Contoh
:
ke- + ada + -an → keadaan
Dalam
keadaan bagaimana pun, dia selalu
ingin menelponku.
v BAB 4
E.
MENGGUNAKAN KLAUSA DENGAN KETERANGAN TUJUAN UNTUK
DAN DEMI
Klausa adalah suatu kelompok kata
yang mempunyai satu pokok pikiran yang jelas. Klausa itu dapat diberi atau
ditambah dengan kata keterangan. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang
paling beragam dan paling mudah berpindah tempatnya. Jenis keterangan itu ada
bermacam-macam, salah satunya yaitu kata keterangan tujuan. Keterangan tujuan
adalah keterangan yang menyatakan arah, jurusan, atau maksud perbuatan atau
kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa berkata depan dan
kata depan yang dipakai yaitu demi, lagi, guna, untuk, dan buat.
Pada tesk perangkat UUD 1945 dan tesk
janji siswa terdapat beberapa klausa ytang mengandung kata keterangan tujuan untuk dan demi. Klausa tersebut yaitu :
1. …
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum,…
2. … demi terciptanya kehidupam bersama yang
baik.
3. Belajar
giat dan sungguh-sungguh untuk meraih
prestasi terbaik guna mencapai
cita-cita hidup.
v BAB 5
E.
MENGGUNAKAN KATA GANTI DAN KATA ACUAN
1. Kata Ganti
Ø Kata Ganti
adalah semua kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang
dibendakan. Bentuk kata ganti yang terdapat dalam bacaan tersebut yaitu: kata
ganti penunjuk (ini, itu) dan kata ganti milik orang ketiga (-nya).
a. “Sama! Saya juga
bangun kesiangan! Ini akibat ulah Pak
Jago tidak berkokok!” kata Pak Kambing.
Ini pada kalimat di atas berfungi sebagai
kata ganti dari peristiwa bangun kesiangan.
b.
“Bukankah
setiap pagi Pak Jago berkokok membangunkan kita?”
“Itu kebaikan Pak Jago saja, dan jika ia
tidak berkokok jangan disalahkan dong!”
Itu pada kalimat di atas berfungsi kita daro
kebiasaan Pak Jago berkokok.
c.
Di
depan rumah Pak Jago, pintu tertutup rapat. “Coba kamu ketuk pintunya.” Pinta
Pak Kerbau pada Pak Sapi.
-nya pada kalimat di atas berfungsi sebagai
kata ganti rumah Pak Jago.
Ø Selain kata
ganti penunjuk (ini dan itu), dalam bahasa Indonesia masih mempunyai empat lagi
bentuk kata ganti, yaitu: Kata ganti orang (aku, saya, kamu, engkau, dia,
mereka) ; Kata ganti Tanya (apa, siapa, berapa, kapan, mengapa) ; Kata ganti
milik (-mu, -ku, -nya) ; dan Kata ganti tak tentu (seseorang, sesuatu, barang
siapa).
2.
Kata Acuan
Ø Kata Acuan
adalah semua kata yang dipakai untuk mengacu pada kata yang sudah dijelaskan sebelumnya
(sebelum kata acuan tersebut) (misalnya: tersebut, sebagaimana, demikan).
Contoh :
“Tok! Tok! Tok!” Pak Kucing mengetuk pintu
dengan btu keras-keras, sambil berteriak, “Pak Jago! Buka pintunya!”
Namun ketukan
serta teriakan tersebut tidak
dijawab.
Kata tersebut dalam kalimat di atas mengacu
pada ketukan dan teriakan Pak Kucing.
v BAB 6
E. MENGGUNAKAN KATA SIFAT TINGKAT PERBANDINGAN
Sebuah kalimat
perbandingan, pasti mengandung kata sifat yang dapat dibandingkan, yang bisa disebut
kata sifat tingkat perbandingan. Kata sifat tingkat perbandingan dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu Kata sifat tingkat ekuatif, Kata sifat tingkat komparatif,
dan Kata sifat tingkat superlative.
1. KATA SIFAT TINGKAT EKUATIF
Kata sifat tingkat
ekuatif menyatakan perbandingan yang mempunyai tingkat sama. Kata sifat tingkat
ekuatif dapat dibentuk dengan cara :
a.
se- + kata
sifat
Contoh :
Perkembangan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Jateng tahun
2004 mengalami peningkatan sesignifikan
peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
b. Sama + kata sifat + -nya + dengan
Contoh :
Kucingnya sama manisnya dengan kucingku.
2. KATA SIFAT TINGKAT KOMPARATIF
Kata sifat tingkay
komparatif menyatakan perbandingan yang memiliki tingkat kurang atau lebih.
Kata sifat tingkat komparatif dapat dibentuk dengan cara : lebih/kurang + kata
sifat + daripada
Contoh :
a.
Gunung Jayawijaya lebih tinggi daripada Gunung Agung.
b.
Taman itu lebih
indah daripada taman di rumahku.
c.
Nila investasi dalam negeri yang diperoleh
pada waktu tahun 2004 lebih besar
daripada tahun 2003.
3. KATA SIFAT TINGKAT SUPERLATIF.
Kata tingkat
superlative menyatakan perbandingan yang memiliki tingkatan paling. Kata sifat
tingkat superlative dapat dibentuk dengan cara :
a.
ter- + kata sifat
Contoh :
1)
Waktu yang teramai
di terminal ini adalah siang hari.
2)
Bahkan nilai investasi yang diserap Jateng
menjadi tertinggi di tingkat
nasional.
b. paling + kata sifat
Contoh :
1)
Bagiku terminal ini merupakan terminal paling tertib di Indonesia.
2)
Industri kimia menjadi sector yang paling menarik bagi investor.
v BAB 7
E. MENGGUNAKAN IMBUHAN se-
Imbuhan se-ada yang melekat pada bentuk dasar
yang berupa nomina (kata benda) dan adjektiva (kata sifat).
Akibat pertemuannya
dengan bentuk dasarnya, imbuhan se-
mempunyai makna berikut.
1. Menyatakan makna satu
Contoh :
a. seorang
Belanda menempatkan seorang residen yaitu Smissaert untuk
urusan pemerintahan.
b. seperjuangan
Kyai Mojo dan Sentot Alibasya
Prawirodirjo adalah rekan seperjuangan
Pangeran Diponegoro.
2. Menyatakan makna seluruh
Contoh :
se-Indonesia
Penduduk se-Indonesia menghargai jasa-jasa Pangeran Diponegoro.
3. Menyatakan makna sama atau seperti
Contoh :
seadat
Ternyata, orang itu seadat dengan Pangeran Diponegoro.
4. Menyatakan makna setelah
Contoh :
seusai
Seusai perundingan tersebut, Pangeran Diponegoro ditangkap dan
diasingkan ke Manado.
v BAB 8
E. MENGGUNAKAN IMBUHAN meN-
Pada hasil wawancara
di depan terdapat beberapa kata yang berimbuhan meN-. Semua kata berimbuhan meN-
termasuk golongan kata verba (kata kerja).
1. KATA KERJA TRANSITIF
Kata kerja transitif
yaitu kata erja yang membutuhkan kehadiran objek di belakangnya.
Contoh : menyebabkan (meN- + sebab + -kan)
Serangan hama tersebut menyebabkan
kematian 100% pada varietas hibrida.
S P O
2. KATA KERJA TAK TRANSITIF
Kata kerja tak
transitif yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan kehadiran objek di
belakangnya.
Contoh : menangis (meN- + tangis)
Adik menangis di kamarnya.
S P
K. tempat
v BAB 9
E. MENGGUNAKAN KATA PANGGILAN, KATA SAPAAN, DAN KATA GELAR.
1. KATA PANGGILAN
Kata panggilan adalah
kata-kata yang digunakan untuk memanggil seseorang. Kata panggilan diawali
huruf besar dan biasanya hanya satu kata.
Contoh :
a. Bapak - Pak
(Pak, tolong bacakan pengumuman ini!)
b. Ibu - Bu
(Tolonga umumkan berita itu, Bu!)
2. KATA SAPAAN
Kata sapaan adalah
kata yang digunakan untuk menyapa orang yang diajak bicara. Penulisan kata
sapaan diawali dengan huruf besar.
a. Saudara
Kata saudara digunakan dalam forum resmi dan dalam ujaran langsung.
Contoh :
“Saudara-saudara, tolong perhatikan baik-baik pengumuman itu!”
b. Bapak/Ibu
Seperti juga kata Saudara, kata bapak
dan Ibu juga digunakan dalam forum
resmi dan ujaran langsung.
Contoh :
“Bapak-bapak dan Ibu-ibu, dengarkanlah baik-baik
pengumuman berikut ini!”
3. KATA GELAR
Kata gelar
adalah kata yang menjadi gelar seseorang.
Contoh :
Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi raja pada tanggal 18
Maret 1940.
v BAB 10
E. MENGGUNAKAN KATA NEGAIF TIDAK, BUKAN, DAN BELUM
Kata negatif dalam
tata bahasa Indonesia disebut pengingkarang atau nagasi, yaitu proses atau
konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat.
1. tidak
Contoh : a. Alasannya, tidak semua jenis ikan hias dapat
ditangkap.
b. Laut di Desa Les tidak kena sianida.
2. belum
Contoh : a. Perjuangan
kelompok nelayan Mina Bakti Soansari belum
selesai.
b. Alam bawah laut Les belum terkena sianida.
3. bukan
Contoh : a. Sianida bukan polutan yang membahayakan.
b. Nelayan ikan yang mencemari laut bukan berasal dari Les.
* SELESAI *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar